Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Mengenal Apa itu Gross Margin

vemuda.com - Selamat berjumpa kembali di blog kami yang sangat sederhana ini. Kali ini kita akan membahas masalah apa itu Gross margin. Mari kita simak saja dengan seksama.

Salah satu tanda perusahaan yang baik, adalah perusahaan yang mempunyai gross margin yang tinggi, yaitu keuntungan kotor yang tinggi.
Laptop
Source: unsplash.com oleh PiggyBank

Gross margin yang tinggi itu artinya bagaimana? Misalnya begini, ada 2 tas biru, nyaris mirip bentuk nya. Kalau sepenglihatan kita yang awam ini, sepertinya dua-duanya sama aja. Sama-sama tampak seperti dari terpal bahannya.

Ada yang bisa tebak harganya berapa? Yang kanan harganya Rp. 14.000, yang kiri harganya Rp. 30.000.000. Menurut Anda lebih untung jual tas yang mana? yang Rp. 14.000 atau yang Rp. 30.000.000? 

Dari harganya saja, kita belum bisa menentukan yang mana yang paling menguntungkan.

Ternyata setelah diperiksa di laporan keuangannya, IKEA itu gross margin nya adalah 18 persen pada tahun 2019. Sementara Balenciaga, dia induk perusahaannya namanya Kering, gross margin nya adalah 74 persen.

Artinya bagaimana? Yang satu 18 persen, yang satu lagi 74 persen. Artinya adalah, jika seumpamanya IKEA dan Balenciaga memproduksi 1 barang yang sama, bentuknya sama, bahannya sama, warnanya sama.

Dan setelah ditotal-total harganya, harga produksinya sama. Sama-sama 10 ribu 1 tasnya.

IKEA cuma bisa jual tas tersebut dengan harga 12.200. Jadi IKEA dapat untung 18 persen, yaitu 2.200.

Sementara itu, Balenciaga bisa jual tas yang sama dengan harga 38.500 alias untung 28.500 Dimana 28.500 dibagi 38.500 hasilnya adalah 74 persen.

Harga produksinya sama-sama 10 ribu. Tapi Balenciaga bisa menjual dengan harga 38.500 untuk 1 tasnya. Barangnya sama, harga produksinya sama. Tapi kenapa harga jualnya bisa berbeda?

Ya Anda pikir saja, ada batu bata, yang satu tidak ada mereknya, harganya Rp. 1.500 perbuah. Tapi ada batu bata motifnya Supreme, harganya jadi Rp. 500.000 perbuah. Harga produksinya bisa dikatakan nyaris sama saja, karena sama-sama batu bata.

Kenapa bisa begitu? Hal ini cuma bisa terjadi ketika perusahaan tersebut memang mempunyai kelebihan dibandingkan perusahaan lawannya.

Balenciaga, yang mana induk perusahaannya namanya Kering, memang spesialisasi jualan barang-barang mewah. Jadi ketika mereka meluncurkan suatu barang, itu dianggap premium oleh para calon pembelinya. Sehingga mereka rela menggelontorkan uang yang lebih banyak untuk memperoleh produk keluarannya dari Kering.

Dari sini kita belajar bahwa, gross margin yang tinggi itu bisa jadi salah satu ciri dari perusahaan yang baik.

Kami akan beri langsung contohnya, misalnya di Bursa Efek Indonesia, di saham Indonesia. Kita ambil contoh perusahaan yang produknya mungkin lo tahu. Namanya The Duck King atau The Grand Duck King.

Restoran ini menjual bebek di mall, sesuai namanya. Dari laporan keuangannya, kita langsung lihat 2 data saja untuk menghitung gross margin.

Yang pertama adalah data penjualan atau pendapatan. Yang kedua adalah data laba kotor. Di sini ada pendapatan bersih, beban pokok penjualan, dan laba bruto. Artinya, pendapatan ini, yang didapatkan sepanjang tahun 2019.

Beban pokok, itu sama seperti biaya produksi. Sedangkan laba bruto adalah laba kotor, dimana angka ini diperoleh dari pendapatan bersih dikurangi beban pokok penjualan atau biaya produksi. Tinggal kita buat persen nya saja. 

Gross margin rumusnya adalah laba kotor dibagi dengan pendapatan. Yang berarti, 568 miliar dibagi 736 miliar. Hasilnya adalah 77%. Nah angka 77% ini termasuk besar sekali. 

Harga satu ekor bebek peking di The Duck King itu Rp. 350.000. Berarti, dari Rp. 350.000 yang kita bayarkan untuk 1 ekor bebek pekingnya, biaya produksinya itu cuma Rp. 80.500. Sisanya, 77% atau Rp. 269.500 nya itu adalah laba kotor yang didapatkan oleh restoran The Duck King.

Kenapa kita menyebutnya laba kotor? Karena laba nya belum bersih, masih harus dipotong oleh biaya-biaya lainnya.

Kalau dalam kasus restoran ini, misalnya bayar karyawan, alat-alat masak, sewa tempat, sampai promosi dan lain-lain, setelah dikurangi hal-hal tersebut, baru disebut laba bersih.

Lalu kenapa gross margin harus tinggi? Karena hal ini bisa menunjukkan kepada kita jika perusahaan tersebut memang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya.

Misalnya saja, misalnya Anda di rumah bisa masak bebek peking seperti di The Duck King. Rasanya mirip 100 persen, alat masaknya sama, bentuk akhirnya sama-sama seksi bebeknya. Apakah Anda bisa menjual bebek tersebut dengan harga yang sama seperti The Duck King? Jawabannya sudah pasti tidak.

Ini semua karena The Duck King mempunyai brand yang sudah dikenal dibandingkan dengan bebek yang Anda masak, karena itu orang-orang di luar sana lebih rela bayar lebih tinggi untuk Duck King, dibandingkan dengan bebek masakan Anda.

Yang kedua, kenapa gross margin harus tinggi, adalah karena bisa jadi laba bersihnya juga tinggi. Kenapa bisa jadi begitu? Karena tadi sudah kita bahas, masih ada biaya lain-lain yang harus dibayar.

Kalau laba kotornya masih sisa banyak, otomatis masih bisa kita peroleh laba bersih yang banyak juga kalau perusahaan itu pintar mengelola dananya.

Kalau laba kotor kecil, misalnya saja, seperti Anda jualan pulsa 50.000. Modalnya bisa dikatakan sekitar Rp. 50.000, Anda akan jual pulsa itu pasti tidak akan jauh-jauh dari angka Rp. 50.000. Bisa Rp. 51.000, Rp. 52.000, atau Rp. 53.000.

Anda tidak bisa menjual pulsa dengan margin 77%, dengan kata lain Anda tidak bisa menjual pulsa 50.000 dengan harga Rp. 88.500

Baik, seandainya Anda menjual dengan harga Rp. 53.000 untuk pulsa seharga 50.000. Berarti, Anda memperoleh untung kotor  Rp. 3.000. Nah Rp. 3.000 ini masih kotor.

Kenapa begitu? Karena Anda butuh paket data untuk promosi ke orang lain bahwa Anda jualan pulsa. Jadi akan kurang dari Rp. 3.000 laba bersih Anda nanti. Makanya, laba kotor yang tinggi, bisa jadi laba bersihnya juga tinggi.

Segitu aja post kali ini, semoga bisa dipahami. 

Post a Comment for "Mengenal Apa itu Gross Margin"